Rabu, 07 Januari 2009

11 hari serangan Israel


Al-Quds : Faksi perlawanan yang dipimpin Brigade Izuddin Al-Qossam, sayap militer gerakan Hamas telah menumbangkan setrategi Zionis menyusul sejumlah operasi yang justru berbalik dari yang diperkirakan.

Pada hari ke sebelas serangan darat dan udara yang dilancarkan militer Zionis secara massif yang katanya hanya untuk menghentikan tembakan roket perlawanan, ternyata faksi-faksi perlawanan masih mampu melessakan senjatanya secara massif ke wilayah Israel. Bahkan intensitasnya semakin gencar dan jauh dari sebelumnya. Sejumlah wilayah Israel menjadi target serangan hingga Tel Aviv dapat dijangkau roket perlawanan. Hal mana tidak pernah diperkirakan dinas intelijen Israel sebelumnya.

Di pihak lain, Zionis Israel mengakui hal ini. Mereka menyatakan tiga roket perlawanan menghantam distrik Gadira dan wilayah utara Keryat Malahi. Peristiwa ini merupakan pertama kali dalam sejarah perlawanan Palestina. Sesuai dengan janji Brigade Izzuddin Al-Qossam kemarin.

Terkait hal ini, seorang penulis Israel, Ron Ben Yasha di situs internet Yedeot Aharonot mengatakan, setelah tembakan yang memakan korban (sipil) kemarin, menjadi bukti ada peningkatan siginipikan dalam kesiapan tempur perlawanan Palestina. peningkatan ini berlipat-lipat ketika menggempur pasukan Israel yang masuk Jalur Gaza. Baik melalui tembakan roket, sniper ataupun yang lainya.

Harian ini mengisyaratkan, pertempuran yang merugikan di sejumlah wilayah di bagian utara Gaza. Perlawanan bahkan semakin sengit pada sore hari. Saling serang dan tembakan semakin gencar. Pasukan Zionis bahkan menggunakan mariam dan senjata berat untuk melumpuhkan perlawanan.

Penulis ini menyebutkan, pasukan Zionsi bergerak sangat lambat, karena banyaknya ranjau yang dipasang perlawanan, selain sejumlah terowongan dan lubang perlawanan. Menurutnya ada factor lain yang membuat pasukan Ziosni sangat lambat, yaitu kebutuhan pasukan untuk menghilangkan ranjau-ranjau dan menghancurkan terowongan tempat pertempuran tersebut.

Ia menambahkan, walau gempuran Israel semakin gencar namun para mujahid Hamas dan faksi perlawanan masih menampakan kesigapanya dalam pertempuran. Disebutkan, sejumlah pemimpin militer dan komandan lapangan sangat siap bertempur. Hal ini tidak bisa dikesampingkan. Mereka menggunakan terowongan-terowongan untuk menghindari dari pasukan Zionis kemudian datang lagi untuk menggempur kembali pasukan tersebut. (asy)

pemutusan hubungan diplomatik dengan israel

Krisis kemanusiaan yang berlangsung di Jalur Gaza, Palestina, mengundang keprihatinan dunia. Presiden Venezuela Hugo Chavez memutuskan hubungan diplomatik dan mengusir Duta Besar Israel dari Caracas. Putusan ini merupakan sikap Venezuela memprotes serangan Israel ke Jalur Gaza. Ini merupakan pertama kali Venezuela melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan Israel.

Di lokasi berbebda, Presiden Mesir Hosni Mubarak memanggil pihak Israel dan Palestina. Mubarak menyerukan kedua pihak segera melakukan gencatan senjata. Seruan ini dilakukan agar pihak Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Jalur Gaza untuk menolong warga sipil.

Sikap berbeda ditunjukkan presiden terpilih Amerika Serikat Barack Obama. Obama menahan diri untuk tidak berkomentar mengenai krisis kemanusiaan di Timur Tengah. Obama mengaku pihaknya hanya mengungkapkan mendapat informasi setiap hari mengenai situasi di Timur Tengah.

Obama berjanji akan memfokuskan penyelesaian krisis Timur Tengah setelah ia resmi dilantik sebagai presiden 20 Januari 2009. Obama yang akan menggantikan Presiden George Walker Bush mengaku sangat peduli dengan keadaan di Gaza dan Israel. Obama berjanji akan bertindak secara efektif dan konsisten mencari upaya penyelesaian konflik di Timur Tengah.

Presiden Bush lewat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Condoleeza Rice menjamin pihak Isreal akan membuka koridor kemanusiaan. Dalam waktu dekat, Rice menambahkan, Israel segera mengizinkan bantuan dunia masuk ke Jalur Gaza. tm.pemutusan hubungan diplomatik

Aceh Bebas Resiko Bencana

Bencana alam datang silih berganti,
Banjir dan tanah longsor menjadi teman keseharian,
Gempa dan tsunami menjadi bayangan,
Kenyamanan dan ketenangan menjadi harapan.

Itulah kondisi Aceh sekarang yang tidak lepas dari berbagai ancaman bencana, baik bencana ekologis maupun bencana sosial. Secara geografis, geologis, klimatologis dan demografis. Propinsi Aceh merupakan daerah yang sangat rawan dari ancaman bencana. Banjir dan longsor yang tiba setiap akhir tahun telah menelan korban jiwa dan harta benda yang tak ternilai jumlahnya. Sebut saja banjir awal tahun 2005 yang beriringan datang paska gempa dan tsunami, telah merusak lahan produktif milik masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang serta menghambat laju bantuan kemanusian untuk Aceh.

Terkait dengan hal tersebut diatas, hingga saat ini kelemahan penanganan bencana di P0emerintah Aceh membuat munculnya bencana baru pasca penanganan bencana dalam satu wilayah bencana. Hal ini juga diperburuk lagi oleh belum adanya kesadaran masyarakat Aceh dalam memahami bencana. Padahal, pada sisi lain, Propinsi Aceh telah mendapat kewenangan yang sangat besar dari Pemerintah dengan lahirnya Undang-Undang No.11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Namun dalam implementasinya, pemerintah daerah masih terkesan menjalankan amanat yang berdampak pada peningkatan pendapat asli daerah. Hal ini dibuktikan dengan setup pemerintahan daerah yang dilahirkan dalam Qanun-qanun turunan UU-PA sebagaimana tercantum dalam Program Legislasi Aceh (Prolega) tahun 2007 - 2012.

Sebagai bentuk kepedulian, kami dari Aceh Disaster Working Group mendesak pemerintah Aceh untuk:

1. Melahirkan kebijakan tentang pengurangan resiko dan penganggulangan bencana dalam bentuk Qanun Propinsi, Rancana Aksi Daerah.
2. Memperhatikan & memperhitungkan potensi resiko bencana dalam setiap sektor pembangunan serta mencari alternatif penyelesaian
3. Menegakkan prinsip minimal potensi risiko bencana dalam semua kebijakan pembangunan
4. Melakukan evaluasi terhadap program-program pembangunan yang mempunyai resiko bencana.
5. Menutup ruang ekploitasi sumber daya alam pada wilayah kritis diatas daya dukung lingkungan
6. Membentuk kelembagaan permanen dalam pengelolaan bencana
7. Meningkatkan kapasitas masyarakat daerah rawan bencana

Gubernur Cemaskan APBA 09

Gubernur cemaskan APBA pada tahun 2009 ini, hal ini disebabkan karena pengesahannya ditakutkan akan molor lagi seperti pada tahun 2008 yang lalu. Keterlambatan pengesahan RAPBA menjadi APBA pada tahun lalu menyebabkan tidak habisnya anggaran yang bisa dipergunakan oleh pemerintah seperti yang direncanakan oleh DPRA. sehingga hanya manpu menghabiskan setengah dari total anggaran yang dianggarkan pada tahun 2008 yang lalu.

Pada tahun ini pemerintah aceh memiliki jumlah anggaran yang sedikit bertambah dari sebelumnya, sehingga menambah kecemasan pemerintah untuk mengalokasikannya sehingga diharapkan mampu untuk menghabiskan anggaran tersebut seprti yang telah direncanakan oleh DPRA.

Hal ini memunculkan pandangan masayarakat bahwa pemerintah Aceh saat ini tidak mampu menghabiskan dana yang ada, padahal sebelumnya rakyat Aceh meinta kepada pusat (Jakarta0 untuk memberikan otonomi khusus atau seluas-luasnya. Tujuan dari otonomi tersebut tak lain adalah un tuk menambah dana/anggaran yang didapat oleh pemerintah Aceh tetapi setelah pemerintah aceh mendapat dana yang besar, mereka tidak mampu untuk menghabiskan.

menjadi 1 pertanyaan bagi kita, Apakah sudah tidak ada lagi yang perlu diperbaharui di aceh ini sehingga tiap tahunnya selalu meninggalkan SILPA yang besar jumlahnya diakhir tahun?